Rabu, 16 Maret 2011

Karena kita adalah ISTIMEWA

Yang terpenting itu bukan apa yang kita serap dan pelajari, tapi apa yang kita keluarkan dari dalam diri. Nggak perlu pasang teori tinggi - tinggi dan berdebat dengan cermat. Jangan cuma belajar, tapi berkarya. Jangan banyak omong, tapi banyak aksi!
Belajar untuk sesuatu jelas akan memperkaya diri kita. Tapi terlalu banyak belajar akan menghabiskan waktu dan membuat kita miskin akan karya.
Berbuatlah dengan kemampuan yang ada. Tak usah berkaca dengan kemampuan orang lain yang lebih tinggi. Tapi berkacalah dengan penuh kesadaran diri dan berbuat yang terbaik dari situ. Dengan itu kita bebas dari penjajahan persepsi tentang standarisasi kemampuan untuk menjadi yang terbaik.
Belajar dari yang lebih berpengalaman itu harus. Karena itu akan membuka wawasan. Namun jangan menjadi orang tersebut, sebelum kita menjadi korban atas kepicikan otak kita sendiri. Bahwa guru kita adalah orang yang terbaik. Bukan dia. Kita. Kita adalah yang terbaik. Guru hanyalah media dan batu loncatan.
Banyak orang mendewakan apa yang disebut ‘skill’. Tapi saking sibuknya dia memburu kemampuan, pada akhirnya dia tidak berkarya dan hanya jadi sampingan. Ketika seorang seniman tidak melahirkan sebuah karya dan hanya jadi seorang pekerja, maka akan selamanya dia tidak ada.
Membuat karya adalah sebuah momentum.
Jimi Hendrix tidak akan menjadi Jimi Hendrix jika dia tidak melahirkan “Are You Experienced?”
Dia hanya akan menjadi seorang badut gila yang senang membakar gitar.
Karena sekali lagi. Seni adalah sebuah bentuk. Sebuah bentuk yang nyata. Bukan hanya pemikiran dan persepsi belaka.
Jangan jadi orang yang senang berpikir dan senang membahas. Senang berdebat namun tidak berbuat.
Lahirkan semua yang ada dalam imajinasi paling eksentrik yang pernah kita bayangkan.
Karena seni dan cinta lahir dari sana.
Lahirkan dari kesedihan dan marah yang paling tajam, karena seni dan kepedihan adalah teman.
Lahirkan dari rasa benci yang memilukan, karena anak tercantik dari seni adalah depresi.
Ukirlah semua rasa yang ada dalam kita menjadi sesuatu yang bisa diraba, didengar, dilihat, dihujat, dipuja, dihina, diingat. Tidak ada satupun manusia yang sama untuk mempersepsikan mana yang bagus dan mana yang tidak. Semua adalah berbeda. Tidak ada alasan untuk tidak berkarya dan tidak alasan untuk takut akan dihina. Karena kita semua adalah istimewa.